Jakarta – Agate sebagai salah satu developer game di Indonesia baru saja mengumumumkan kemitraan global dengan Red Dunes Games, studio game yang berbasis di Abu Dhabi. Keduanya akan berkolaborasi untuk mengembangkan game Blades of Mirage.
Blades of Mirage sendiri merupakan game action RPG isometrik yang terinspirasi dari budaya Asia Tenggara. Kolaborasi ini merupakan perpaduan dua visi untuk menghadirkan petulangan bermakna dan estetika visual memukau.
“Blades of Mirage adalah lebih dari sekadar gim baru bagi kami; game ini adalah simbol visi bersama untuk menciptakan petualangan yang kaya akan budaya dan keindahan visual,” tutur Co-Founder & CEO Agate Shieny Aprilia dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (25/11/2024).
Disebutkan, kemitraan ini sekaligus langkah penting untuk membawa elemen budaya lokal ke panggung internasional. Selain itu, game Blades of Mirage juga menawarkan pengalaman bermain yang mendalam dan menyeluruh.
“Kemitraan kami dengan Agate, yang kini mencakup dua proyek menarik, memungkinkan kami menggabungkan pengalaman global kami dengan budaya Asia Tenggara yang kaya, menciptakan gim yang inovatif dan meninggalkan kesan mendalam pada komunitas gim global,” tutur CEO of Red Dunes Games Sultan Al Darmaki.
Dalam Blades of Mirage, pemain akan memerankan karakter Mira, seorang remaja perempuan. Ia manusia terakhir yang mencari identitas dan tempatnya di masyarakat.
Ketika Nightmare Lord menculik ibu angkatnya untuk menyebarkan kekacauan di dunia, Mira harus menerima takdirnya untuk menyelamatkan keluarga dan rumahnya dari kejahatan kuno.
Menurut Full-Cycle Game Development Business Head Agate Lee Marvin, pemain game ini nantinya akan menjelajahi lanskap memukau dan reruntuhan mistis di Blades of Mirage, mulai dari hutan hujan, kuil kuno, hingga pertemuan melawan makhluk mitologi ikonis.
“Pemain akan terlibat dalam pertarungan penuh aksi didukung dengan kemampuan untuk berganti senjata dan gaya bertarung untuk mengalahkan musuh, serta memecahkan puzzle atau teka-teki lingkungan yang rumit yang menguji logika, ketepatan waktu, dan kontrol pemain terhadap physics-based mechanics,” tutur Lee.